Kamis, 20 Januari 2011

gambar lereng

SKDI ( kepemimpinan dalam islam )

1.bentuk kepemimpinan rasulallah dan program kerjaanya?
2. bentuk kepemimpinan para sahabat  dan program kerjaanya?
3. teori kelahiran pemimpin?
4.pemimpin yg ideal
5.apa yg anda ketahui dgn visi dan misi
Jawab.
jwb1.
(1).keteladanan rasulullah
a.shiddiq,artnya jujur,tulus.kejujuran dan ketulusan adlh kunci utma dlm rngka mmbngun kpercayaan.
b.amanah,artinya dpt dprcya.rasululla h sllu mmbrikan tladan akn pntingnya sifat amanah.
c.tabliq,artinya menyampaikan apa yg shrusnya dismpaikan.
d.fathanah,artnya cerdas.kecerdasaan merupakan slh satu syarat pemimpin yg ideal.
2program kerja.
a.fase program kerja pd saat di mekah:pembangunan umat  yang dititik beratkan pd penanaman aqidah,iman dan tauhid.
b. fase program kerja pd saat di madinah.:pd fase ini dititik beratkan pd penataan hokum,sprit hokum ibadah,jinayat,siyasah,qadha’iyyah,dan hokum kekeluargaan.
Jwb 2.
a. abu bakar shiddiq,cara kepmimpinanny orang yg low profile,self convident,dan kpribadian yg sangat tegas.program krjanya(memerangi orng yg tdk mmbyar pajak/zakat.mmerangi orng yg murtad.mengajak org utk msk islam)
b. umar bin khattab,cara kepmimpnannya orng yg transparan,adaptatif,dinamis.program krjanya(mndktkan hkm islam.mmbwt kantor pos.mmbwt mata uang.mmperluas kwsaan islam.mmbwt mahkamah)
c.usman bin affan, cara kepmimpnannya orng yg femeliar,humanis,
d.ali bin abu tholib, cara kepmimpnannya orng yg islam centris,argumentative.
Jwb 3.
a.teori heriditas(keturunan),sprty keturunan yg baik,memiliki wajah yg rupawan,memiliki kekeyaan,dan memiliki agama yg baik(ahlaq,moral).
B.teori environmental. ( lingkungan sosial yg baik)
c.teori situasi personal.teori ini  berpendapt bahwa adanya interaksi antara pemimpin da situasinya membentuk tipe2 pemimpin tertentu.jadi,disitu ada field dynamic of leadership.
d.teori humanis .(mengatur kebebasan individu utk dpt merealisasikan motifasi rakyatnya agr dpt brsma2 mncpai tjuan.)
e.teori fitrah.(pembawaan lahir)teori ini berangkat dr suatu asumsi dasar bahwa manusia mrpkn mahluk sosial.
Jwb 4
a.visionary thinking(berfikir kdpan).indikasinya(mampu mmhami fungsi visi bg efektivitas org,mampu berfikir dgn paradigm baru,mengembangkan kreativitas&inovasi baru)
b.strategi management(memiliki strategi memanage kpmimpinan dgn baik)indikasinya.(mampu mengembangkan strategi kopetitif,mampu menterjemahkan strategi trsbt dgn implementasinya)
c.leadership skill(mempunya keahlian dlm memimpin)indikasinya(mampu meyakinkan org lain,mampu menyelesaikan konflik dgn win2 solution,mngembangkan krja sm dlm team)
d.interpersonal communication(mdh diajak berkomunikasih)indikasinya(mau mndngarkan &mnghrgai pndpt org lain,menghargai perbedaan,mampu membangkitkan spirit)
e.self managemen(memanage diri)indikasinya(mampu mengembangkan kebiasaan yg eefektif ,tdk khlngan control  dlm mnghdpi tntangan)
f.self motivation(motifasi diri)indikasinya(mengembangkan inisiatif utk sukses tim,mau bkrja mlbh harapan)
g.efektive communication(komunikasih yg efektif)indikasiny(mmpu mngkomunikasihkan ide dgn jls &sistematis,mampu mnyampaikn krtik tnpa mnyinggung.
Jwb.5
a.visi: bayangan masa depan ,misi:lbh ke aksi ,metode, dan strategi utk mncpai target








kurva S ( RAB )

cek dam (bangunan pengendali banjir)

Bangunan Pengendali Banjir
2.2.1  Tanggul
Tanggul di sepanjang sungai adalah salah atu bangunan yang paling utama dan paling penting dalam usaha melindungi kehidupan dan harta benda masyarakat terhadap genangan-genangan yang disebabkan oleh banjir dan badai (gelombang pasang). Tanggul dibangun terutama dengan konstruksi urugan tanah, karena tanggul merupakan bengunan menerus yang sangat panjang serta membutuhkan bahan urugan yang volumenya sangat besar. Kecuali tanah, kiranya amatlah sukar untuk memperoleh bahan urugan untuk pembangunan tanggul dan bahan tanah dapat diperoleh dari hasil galian di kanan-kiri trase rencana tanggul atau bahkan dapat diperoleh dari hasil pekerjaan normalisasi sungai, berupa galian pelebaran alur sungai, yang biasanya dilaksanakan bersamaan dengan pembangunan tanggul.
Dalam tahap perencanaan kiranya perlu diperhatiakan, agar hasil dari pekerjaan normalisasi sungai dapat dimanfaatkan sebagai bahan tanggul. Selain itu tanah merupakan bahan yang sangat mudah penggarapannya dan setelah menjadi tanggul sangat mudah pula menyesuaikan diri dengan lapisan tanah pondasi yang mendukungnya serta mudah pula menyesuaikan dengan kemungkinan penurunan yang tidak rata, sehingga perbaikan yang disebabkan oleh penurunan tersebut mudah dikerjakan. Selanjutnya tanah merupakan bahan bangunan yang sangat stabil dan tidak akan rusak selama puluhan, bahkan ratusan tahun. Apabila di beberapa tempat terjadi kerusaka tanggul, perbaikannya sangat mudah dan cepat menggunakan tanah yang tersedia disekitar lokasi kerusakan.
     Gambar 2.1 bangunan tanggul yang berada di tengah kota

a.       Berbagai Jenis Tanggul
Berdasarkan fungsi dan dimensi tempat serta bahan yang dipakai dan kondisi topografi setempat, tanggul dapt dibedakan sebagai berikut :
1.         Tanggul utama
Bangunan tanggul sepanjang kanan-kiri sungai guna menampung debit banjir rencana.
2.         Tanggul sekunder
Tanggul yang dibangun sejajar tanggul utama, baik di atas bantaran di depan tanggul utama yang disebut tanggul musim panas maupun di belakang tanggul utam yang berfungsi untuk pertahanan kedua, andaikan terjadi bobolan pada tanggul utama. Tergantung pada pentingnya suatu areal yang dilindungi kadang-kadang dibangun pula tanggul tersier.
3.         Tanggul terbuka
Pada sungai-sungai yang deras arusnya, biasanya dapt dibangun tanggul-tanggul yang tidak menerus, tetapi terputus-putus. Dengan demikian puncak banjir yang tinggi tetapi periode waktunya pendek dapat dipotong, karena sebagian banjir mengalir keluar melalui celah-celah antara tanggul-tanggul tersebut memasuki areal-areal di belakang tanggul yang dipersiapkan untuk penampungan banjir sementara. Biasanya areal-areal penampungan tersebut dikelilingi tanggul-tanggul pula. Setelah banjir mereda, maka air yang tertampung tersebut, kemudian mengalir kembali ke dalam sungai melalui celah-celah ini. Jadi tidak diperlukan adanya pintu-pintu atau pelimpah serta bangunan pelengkap lainnya.
          Selain ketiga contoh tanggula diatas, masih ada beberapa tanggul, diantaranya ; tanggul pemisah, tanggul melingkar, tanggul melintang, tanggul pengarah, tanggul keliling, tanggul tepi, tanggul khusus dan tanggul belakang.
b.      Stabilitas Tanggul
Pada umumnya penyebab kerusakan tubuh tanggul adalah sebagai berikut :
1. Terbentuknya bidang gelincir yang menerus akibat kemiringan lereng tanggul terlalu curam.
2. Terjadinya keruntuhan lereng tanggul akibat kejenuhan air dalam tubuh tanggul yang disebabkan oleh rembesan air pada saat banjir atau pada saat terjadinya hujan yang terus menerus.
3. Terjadinya kebocoran-kebocoran pada pondasi tanggul.
4. Tergerusnya lereng depan tanggul oleh arus sungai.
5. Terjadinya limpasan pada mercu tanggul.
6. Terjadinya pergeseran pondasi akibat gempa.

2.2.2 Bendung
Bendungan atau dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air menjadi waduk, danau, atau tempat rekreasi. Seringkali bendungan juga digunakan untuk mengalirkan air ke sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air. Kebanyakan dam juga memiliki bagian yang disebut pintu air untuk membuang air yang tidak diinginkan secara bertahap atau berkelanjutan.
Bendungan (dam) dan bendung (weir) sebenarnya merupakan struktur yang berbeda. Bendung (weir) adalah struktur bendungan berkepala rendah (lowhead dam), yang berfungsi untuk menaikkan muka air, biasanya terdapat di sungai. Air sungai yang permukaannya dinaikkan akan melimpas melalui puncak / mercu bendung (overflow). Dapat digunakan sebagai pengukur kecepatan aliran air di saluran / sungai dan bisa juga sebagai penggerak pengilingan tradisional di negara-negara Eropa. Di negara dengan sungai yang cukup besar dan deras alirannya, serangkaian bendung dapat dioperasikan membentuk suatu sistem transportasi air. Di Indonesia, bendung dapat digunakan untuk irigasi bila misalnya muka air sungai lebih rendah dari muka tanah yang akan diairi.
          Gambar 2.2 Bangunan bendung pada DAS


a.       Jenis Bendungan
Dam dapat diklasifikasikan menurut struktur, tujuan atau ketinggian. Berdasarkan struktur dan bahan yang digunakan, bendungan dapat diklasifikasikan sebagai dam kayu, "embankment dam" atau "masonry dam", dengan berbagai subtipenya.
Tujuan dibuatnya termasuk menyediakan air untuk irigasi atau penyediaan air di perkotaan, meningkatkan navigasi, menghasilkan tenaga hidroelektrik, menciptakan tempat rekreasi atau habitat untuk ikan dan hewan lainnya, pencegahan banjir dan menahan pembuangan dari tempat industri seperti pertambangan atau pabrik. Hanya beberapa dam yang dibangun untuk semua tujuan di atas.
Menurut ketinggian, dam besar lebih tinggi dari 15 meter dan dam utama lebih dari 150 m. Sedangkan, dam rendah kurang dari 30 m, dam sedang antara 30 - 100 m, dan dam tinggi lebih dari 100 m.Kadang-kadang ada yang namanya Bendungan Sadel sebenarnya adalah sebuah dike, yaitu tembok yang dibangun sepanjang sisi danau untuk melindungi tanah di sekelilingnya dari banjir. Ini mirip dengan tanggul, yaitu tembok yang dibuat sepanjang sisi sungai atau air terjun untuk melindungi tanah di sekitarnya dari kebanjiran.
Bendungan Pengecek check dam adalah bendungan kecil yang didisain untuk mengurangi dan mengontrol arus erosi tanah.Bendungan kering dry dam adalah bendungan yang didisain untuk mengontrol banjir. Ia biasanya kering, dan akan menahan air yang bila dibiarkan akan membanjiri daerah dibawahnya.
Bendungan Separuh
Bendungan separuh diversionary dam adalah bendungan yang tidak menutup sungai. sebagian dari arus ditampuh di danau terpisah, di depan bendungan.
Bendungan Kayu
Bendungan kayu kadang-kadang digunakan orang karena keterbatasan lokasi dan ketinggian di tempat ia dibangun. Di Lokasi tempat bendungan kayu dibuat, kayulah bahan yang paling murah, semen mahal dan sulit untuk diangkut. Bendungan kayu dulu banyak digunakan, tapi kebanyakan sudah diganti dengan beton, khususnya di negara-negara industri. Beberapa bendungan dam masih dipakai. Kayu juga bahan dasar yang digunakan berang-berang, sering juga ditambah lumpur dan bebatuan untuk membuat bendungan berang-berang.
2.2.3 Bangunan Pengendali Sedimen
Sungai adalah jalur air di atas permu kaan bumi yang disamping mengalirkan air juga mengangkut sedimen terkandung dalam air sungai tersebut.sedimen terbawa hanyut oleh aliran air, yang dapat dibedakan sebagai endapan dasar, dan muatan melayang. Karena muatan dasar senantiasa bergerak, maka permukaan dasar sungai kadang-kadang naik, tetapi kadang-kadang turun ( degradasi ).sedangkan muatan melayang tidak berpengaruh pada alterasi dasar sungai, te tapi dapat dapat mengendap di dasar waduk-waduk.sehingga bisa menimbulkan berbagai masalah dan  pendangkalan waduk maupun muara sungai.
Pengendalian sedimen :
Mencegah terjadinya proses sedimentasi adalah suatu hal yang tidak mungkin dapat dilakukan, karena sedimentasi adalah hasil suatu proses gejala alam yang sangat komplex di atas permukaan bumi ini. Proses ini berlangsung secara menerus dan kadang – kadang lebih diperparah oleh kegiatan manusia . Oleh aliran air hujan bahan – bahan hasil sedimentasi tersebut dihanyutkan memasuki palung – palung sungai.
Secara teknis proses sedimentasi dapat diperlambat mencapai tingkat yang tidak membahayakan, yaitu tingkat sedimentasi yang seimbang dengan kemampuan daya angkut aliran sungai secara fluvifal dan dapat dihindarkan gerakan sedimen secara massa. Dengan demikian alur sungai di daerah kipas pengendapan pada tingkat – tingkat tertentu dapat distabilkan baik vertikal maupun horisontal.
Guna memperlambat proses sedimentasi, maka diperlukan data mengenai tipe sedimen yang dihasilkan dan cara terangkutnya, lokasinya, volume, intensitas evolusi dasarv sungainya, hujan, debit sungai, sebab – sebab bencana yang pernah terjadi,dan lain –lain.
Usaha – usaha yang dilakukan untuk memperlambat proses sedimentasi ini antara lain dengan mengadakan pekerjaan teknik sipil untuk mengendalikan gerakannya menuju bagian sungai di sebelah hilirnya. Adapun pekerjaannya adalah berupa pembangunan bendung penahan ( check-dam ), kantong lahar, bendung pengatur, bendung konsolidasi serta pekerjaan normalisasi alur sungai ( hill side work ).

Macam macam bangunan pengendali sendimen
  1. Bendung Penahan (check dam)
Bendung-bendung penahan dibangun di sebelah hulu yang berfungsi memperlambat gerakan dan berangsur-angsur mengurangi volume banjir lahar. Untuk menghadapi gaya-gaya yang terdapat pada banjir lahar maka diperlukan bendung penahan yang cukup kuat. Selain itu untuk menampung benturan batu-batu besar, maka mercu dan sayap bendung harus dibuat dari beton atau pasangan yang cukup tebal dan dianjurkan sama dengan diameter maksimum batu-batu yang diperkirakan akan melintasi. Sangat sering runtuhnya bendung penahan disebabkan adanya kelemahan pada sambungan konstruksinya, oleh sebab ini sambungan-sambungan harus dikerjakan dengan sebaik-baiknya.
Walaupun terdapat sedikit perbedaan perilaku gerakan sedimen, tetapi metode pembuatan desain untuk pengendaliannya hampir sama, kecuali perbedaan pada konstruksi sayap mercu serta ukuran pelimpah dan bahan tubuh bendung. Untuk bendung pengendali gerakan sedimen secara fluvial yang bahannya berbutir halus, mercunya dapat dibuat lebih tipis. Bahan untuk tubuh beton selain beton dan pasangan batu dapat juga dari kayu, bronjong kawat, atau tumpukan batu. Sedangkan untuk bendung penahan gerakan massa biasanya digunakan beton dan pasangan batu. Tipe bendung yang dipakai adalah tipe gravitasi yang lebih rendah dari 15 m.

Gambar 2.3 Bangunan check dam
2.      Bendung Pengatur (sabo dam)
Di samping dapat pula menahan sebagian gerakan sedimen, fungsi utama bendung pengatur adalah untuk mengatur jumlah sedimen yang bergerak secara fluvial dalam kepekatan yang tinggi, sehingga jumlah sedimen yang meluap ke hilir tidak berlebihan. Dengan demikian besarnya sedimen yang masuk akan seimbang dengan kemampuan daya angkut aliran air sungainya, sehingga sedimentasi pada daerah kipas pengendapan dapat dihindarkan.
Pada sungai-sungai yang diperkirakan tidak akan terjadi banjir lahar, tetapi banyak menghanyutkan sedimen dalam bentuk gerakan fluvial, maka bendung-bendung pengatur dibangun berderet-deret di sebelah hulu daerah kipas pengendapan. Untuk sungai-sungai yang berpotensi banjir lahar, maka bendung-bendung ini dibangun di antara lokasi sistem pengendalian lahar dan daerah kipas pengendapan.
Jika tanah pondasi terdiri dari batuan yang lunak, maka gerusan tersebut dapat dicegah dengan pembuatan bendung anakan (sub dam). Kadang-kadang sebuah bendung memerlukan beberapa buah sub-dam, sehingga dapat dicapai kelandaian yang stabil pada dasar alur sungai di hilirnya. Stabilitas dasar alur sungai tersebut dapat diketahui dari ukuran butiran sedimen, debit sungai dan daya angkut sedimen, kemudian barulah jumlah sub-dam dapat ditetapkan. Selanjutnya harus pula diketahui kedalaman gerusan di saat terjadi banjir besar dan menetapkan jumlah sub-dam yang diperlukan, agar dapat dihindarkan terjadinya keruntuhan bendung-bendung secara beruntun.


Penentuan tempat kedudukan bendung, biasanya didasarkan pada tujuan pembangunannya sebagaimana tertera di bawah ini:
a.       Untuk tujuan pencegahan terjadinya sedimentasi yang mendadak dengan jurnlah yang sangat besar yang dapat timbul akibat terjadinya tanah longsor, sedimen luruh, banjir lahar dan lain-lain maka tempat kedudukan bendung haruslah diusahakan pada lokasi di sebelah hilir dari daerah sumber sedimen yang labil tersebut, yaitu pada alur sungai yang dalam, agar dasar sungai naik dengan adanya bendung tersebut
b.      Untuk tujuan pencegahan terjadinya penurunan dasar sungai, tempat kedudukan bendung haruslah sebelah hilir dari diusahakan penempatannya di ruas sungai tersebut. Apabila ruas sungai tersebut cukup panjang, maka diperlukan beberapa buah bendung yang dibangun secara berurutan membentuk terap-terap sedemikian, sehingga pondasi bendung yang lebih hulu dapat tertimbun oleh tumpukan sedimen yang tertahan oleh bendung di hilirnya.
c.       Untuk tujuan memperoleh kapasitas tampung yang besar, maka tempat kedudukan bendung supaya diusahakan pada lokasi di sebelah hilir ruas sungai yang lebar sehingga dapat terbentuk semacam kantong. Kadang-kadang bendung ditempatkan pada sungai utama di sebelah hilir muara anak-anak sungai yang biasanya berupa sungai arus deras (torrent) dapat berfungsi sebagai bendung untuk penahan sedimen baik dari sungai utama maupun dari anak-anak sungainya.
Gambar 2.4 Bangunan Sabo dam


3.      Bendung Konsolidasi
Peningkatan agradasi dasar sungai di daerah kipas pengendapan dapat dikendalikan dan dengan demikian alur sungai di daerah ini tidak mudah berpindah-pindah. Guna lebih memantapkan serta mencegah terjadinya degradasi alur sungai di daerah kipas pengendapan ini, maka dibangun bendung-bendung konsolidasi (consolidation dam). Jadi bendung konsolidasi tidak berfungsi untuk menahan atau menampung sedimen yang berlebihan. Apabila elevasi dasar sungai telah dimanfaatkan oleh adanya bendung-bendung konsolidasi, maka degradasi dasar sungai yang diakibatkan oleh gerusan dapat dicegah. Dengan demikian dapat dicegah pula keruntuhan bangunan perkuatan lereng yang ada pada bagian sungai tersebut. Selanjutnya bendung-bendung konsolidasi dapat pula mengekang pergeseran alur sungai dan dapat mencegah terjadinya gosong pasir.
Tempat kedudukan bendung konsolidasi ditentukan berdasarkan tujuan pembuatannya dengan persyaratan sebagai berikut:
·         Untuk tujuan pencegahan degradasi dasar sungai, bendung-bendung konsolidasi ditempatkan pada ruas sungai yang dasarnya selalu menurun. Jarak antara masing-masing bendung didasarkan pertimbangan kemiringan sungai yang stabil.
·         Apabila terdapat anak sungai, mesti dipertimbangkan penempatan bendung-bendung konsolidasi pada lokasi yang terletak di sebelah hilir muara anak sungai tersebut.
·         Untuk tujuan pencegahan gerusan pada lapisan tanah pondasi suatu bangunan sungai, bendung-bendung konsolidasi ditempatkan di sebelah hilir bangunan tersebut.
·         Untuk menghindarkan tergerus dan jebolnya tanggul pada sungai-sungai arus deras serta mencegah keruntuhan lereng dan tanah longsor, bendung-bendung konsolidasi ditempatkan langsung pada kaki-kaki tanggul, kaki lereng dan kaki tebing bukit yang akan diamankan.
·         Apabila pembangunan sederetan bendung-bendung konsolidasi dikombinasikan dengan perkuatan tebing, jarak antara masing-masing bendung yang berdekatan supaya diarnbil 1,5 – 2,0 kali lebar sungai

berat jenis asphal

BAB I
PEMERIKSAAN BERAT JENIS ASPAL

A.       MAKSUD
Pemeriksaan  ini dimaksudkan untuk menentukan  berat jenis bitument keras dengan vicnometer. Berat jenis bitument adalah perbandingan antara berat bitument  dan berat air suling dengan isi yang sama  pada suhu  tertentu.

B.          PERALATAN YANG DIGUNAKAN
1.      Termometer dan neraca dengan ketelitian 0,1 mg.
2.      Bak  perendam  yang dilengkapi pengatur  suhu  dengan ketelitian (25 ± 0,1)°C.
3.      Vicnometer.
4.      Air suling sebanyak 1000 cm3
5.      Bejana gelas.

C.         BENDA UJI
     Memanaskan  contoh bitument keras atau ter sejumlah  50 gram,  sampai  menjadi cair dan  diaduk  untuk  mencegah pemanasan setempat. Pemanasan tidak boleh lebih dari  30 menit pada suhu 56°C di atas titik lembek. Menuangkan  contoh  tersebut ke dalam  vicnometer  yang telah kering sehingga berisi 3/4 bagian.







D.         CARA MELAKUKAN PEMERIKSAAN
Prosedure pemeriksaan mengikuti PA-0307-76 yaitu
1.      Mengisi bejana dengan air suling  hingga  diperkirakan bagian atas vicnometer yang tidak terendam 40 mm. Dan kemudian  merendam  dan  menjepit  bejananya  dalam  bak perendam  hingga terendam sekurang-kurangnya 100mm. Suhu di bak diatur pada 25°C.
2.      Membersihkan vicnometer  dan dikeringkan dengan ketelitian 1 mg (A).
3.      Mengangkat bejana dari bak  perendam  dan  Vicnometer diisi dengan air suling dan ditutup tanpa ditekan.
4.      Meletakkan  vicnometer  dalam bejana dan  menutup hingga  rapat, dan mengembalikan bejana tersebut lagi ke dalam bak perendam.Dan didiamkan selama sekurang-kurangnya  30 menit, kemudian mengangkat picnometernya dan  dikeringkan dengan lap. Setelah  itu menimbang  vicnometer  dengan ketelitian 1 mg (B).
5.      Menuangkan benda uji tersebut ke dalam vicnometer  yang telah kering hingga terisi 3/4 bagian.
6.      Vicnometer dibiarkan sampai dingin, waktu tidak boleh kurang dari 40 menit dan menimbang beserta penutupnya dengan ketelitian 1 mg (C).
7.      Mengisi vicnometer yang berisi benda uji dengan  air suling  dan  ditutup  tanpa  ditekan,  mendiamkan  agar gelembung-gelembung udara keluar.
8.      Mengangkat bejana dari  bak  perendam  dan  meletakkan vicnometer didalamnya dan kemudian menekan penutup hingga rapat. Memasukkan Bejana dan didiamkan ke dalam bak perendam sekurang-kurangnya 30 menit. Diangkat, kemudian mengeringkan dan menimbang (D).







E.          HASIL PENGAMATAN

Tabel 1.1.  Hasil Pengamatan
No
URUTAN PEMERIKSAAN

BERAT
1
 Berat Vicnometer kosong
( gr )
12,35
13,8
2
 Berat Vicnometer + Aquadest
( gr )
24,02
25,38
3
 Berat air (2 - 1)
( gr )
11,67
11,58
4
 Berat Vicnometer + Asphal
( gr )
13,4
14,61
5
 Berat Asphal (4 - 1)
( gr)
1,05
0,81
6
 Berat Vicnometer + Asphal + Aquadest
( gr)
24,08
25,4
7
 Berat airnya saja (6 - 4)
( gr )
10,68
10,79
8
 Volume Asphal (3 - 7)
( cm3 )
0,99
0,79
9
 Berat Jenis Asphal : berat/vol (5/8)
( cm3/gr )
1,06
1,025
10
 Berat Jenis Rata – Rata
( cm3/gr )
1,0425


F.          PERHITUNGAN
Berat jenis bitument 1 dihitung dengan rumus :
                                    (C - A)
BJ =
                 (B-A) - (D - C)
keterangan:
A  = Berat Vicnometer  kosong                       = 12,35    gram
B  = Berat Vicnometer berisi air                      = 24,02    gram
C  = Berat Vicnometer berisi aspal                  = 13,4      gram
D  = Vicnometer berisi aspal  + air                  = 24,08    gram


                                  (13,4-12,35)
BJ1 =                                                                                    =       1.06
(24,02 -12,35)  -  (24,08-13,4)

Berat jenis bitument 2 dihitung dengan rumus :
                                    (C - A)
BJ =
                 (B-A) - (D - C)
keterangan:
A  = Berat Vicnometer  kosong                       = 13,8      gram
B  = Berat Vicnometer berisi air                      = 25,38    gram
C  = Berat Vicnometer berisi aspal                  = 14,61    gram
D  = Vicnometer berisi aspal  + air                  = 25,4      gram

                                  (14,61-13,8)
BJ2 =                                                                                    =       1.025
(25,38-13,8)  -  (25,4-14,61)


G.         PEMBAHASAN
Berat Jenis Aspal adalah  perbandingan  antara  berat aspal dengan berat  air  suling dengan volume yang sama pada suhu tertentu. Berat jenis aspal berguna untuk mencari berat jenis campuran aspal dan agregat, dan dalam test Marshall berguna untuk menentukan VITM, VFWA dan mempengaruhi stabilitas.
Menurut spesifikasi Bina Marga aspal dengan penetrasi antara 60 - 70 mempunyai berat jenis aspal sebesar > 1 . Hasil pemeriksaan benda uji aspal mempunyai berat jenis 1 sebesar 1,06 dan berat jenis 2 sebesar 1.025 sehingga memenuhi  persyaratan Bina  Marga  yang  mempunyai spesifikasi berat jenis  > 1 .

H.         KESIMPULAN
Hasil pemeriksaan/percobaan diatas, diperoleh hasil  berat jenis aspal uji 1 sebesar 1,06 dan berat jenis aspal uji 2 sebesar 1.025, berarti berat jenis aspal uji 1 dan 2 memenuhi persyaratan/spesifikasi  Bina Marga  aspal dengan penetrasi 60/70 dan dapat digunakan sebagai bahan konstruksi jalan.

I.       LAMPIRAN
1.      Laporan sementara.
2.      Gambar alat.